Pembahasan EWS sudah menjadi perbincangan di antara kawan-kawan LSM jauh sebelum tsunami terjadi di Aceh. Saat itu, beberapa orang aktivis LSM yang ikut mewarnai gejolak Aceh dari masa ; DOM dan referendum berkumpul di Bogor. EWS dbahas dalam wujud ; fisikal dan sosiologis. Saya terlibat disana. Sebagian besar memang putra di daerahnya masing-masing. Ketika EW didesain menjadi sebuah system, maka ia menjadi proyek kerja. Nilainya memang sangat beragam. Mengapa? Biasanya, sebuah proyek diajukan kepada para orang yang paham akan sebuah investment value.
Proyek bukan sebuah spekulasi. Proyek berkaitan dengan kehidupan segelintir dan sebagian besar orang. Oleh sebab itu, hitungan proyek membutuhkan sebuah observasi dan kalkulasi yang benar-benar matang. Ketika terjadi gelombang besar di Aceh, pembicaraan kami mengenai EWS memang menjadi tidak sia-sia. Sebab setelah itu, EWS project benar-benar terealisasi dalam sebuah reconstruction dan rehabilitation projects. Bukan hanya itu, sebagai sebuah negara kepulauan yang dilewati oleh pegunungan aktif, EWS juga penting diletakkan di beberapa titik wilayah nusantara. Sebagaimana JK bergerak di PMI, mengulur-ulur penyelesaian proyek EWS, jelas akan membuat kita kehilangan darah dan kehabisan O2. Syukur para pengusaha bisa tanggap. Kerja tim dan kolaborasi antara pengusaha dan PMI akan membantu kita agar penyakit-penyakit menular tidak menggerogoti tubuh lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar