Sekarang era-nya Tifatul Sembiring. Ia memimpin Depkominfo, yang dulu namanya dikenal dengan Deppen. Bagaimana masa orba? Masa kepemimpinan (alm) Presiden Soeharto, posisi yang dipegang Pak TS, dijabat oleh HARMOKO. Kita panggil saja, Pak MOKO ya? Masa itu, nama tersebut suka dipelesetkan menjadi hari-hari omong kosong. Entah darimana datangnya, hanya yang jelas, tanpa Pak MOKO, orde baru tidak rame.
Selidik punya selisik, ternyata pak MOKO suka nulis juga di HU Pos Kota. Saya diingatkan kembali tentang bagaimana saktinya Pak MOKO oleh seseorang yang membawa tabloid gratis di sebuah angkot ketika hendak menuju Kampung Melayu, Jaktim. Sang pembawa tabloid mungkin seorang wartawan juga di Pos Kota. Tabloid itu gratis,entah dicetak berapa eksemplar. Isinya? informasi mengenai sekolah gratis di Sumatera Selatan. Kami ngalor ngidul, mulai dari sekolah gratis, SBY, hingga kopi paginya Pak MOKO.
"Pak MOKO masih ada."
"Wah, apa iya?"
"Ya iyalah, masa enggak."
Entahlah. Hanya sang pembawa tabloid bilang, Pos Kota masih ada. Pak MOKO pasti sekarang usianya sudah tua. Wong, masa orba aja, saya masih muda, Pak MOKO sudah tua, lebih tua dari saya. Masa orba, Pak MOKO udah jadi menteri,saya belum juga UMPTN. Masa Pak MOKO lengser, saya baru jadi mahasiswa tingkat II. Abis Pak MOKO terbitlah Pak Yoenoes Yosfiah, masa Pak Habibie, media massa banyak sekali. Gak ada lagi hari-hari omong kosong, yang ada keran kebebasan pers yang dibuka Pak Habibie menjadi pekerjaan baru departemen baru. Pak MOKO? Semoga pak MOKO masih ada walau tak ada lagi ruang untuknya di Pos Kota.
SELAMAT PAGI, PAK MOKO!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar