site meter

Rabu, 30 September 2009

Hanya Menunggu Waktu


Padang,30 September 2009,Maghrib

Pesan singkat mampir di handphone GSM saya. Padang gempa 7,6 skala richter. GEMPA TEKTONIK (lagi) di tanah Minangkabau, negeri dengan pesona berbagai danau. Saya buka facebook, sudah mulai rame. "Sudah kontak kampung, Dek?" sapa kakak saya. Hmmm ... saya kehilangan satu nomor sodara saya, teman "bertengkar", si gendut ANDI yang sempat menelpon saya belum lama ini. Semoga semuanya baik-baik saja .... Coba beberapa nomer. Belum ada yang masuk. Syukurlah, masih ada yang bisa nyambung tapi posisinya bukan di Padang atau kampung ... namun di Bandung. Hehehe ... Tante saya yang memang sudah lama dan beranak pinak di Bandung itu mengabarkan, parah ... ada yang tewas, namun ada juga yang berhasil selamat sementara tempat yang didiaminya ambruk dan hancur. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Semua milik TUHAN, akan kembali lagi pada-Nya.

Ingatan saya kembali ke masa-masa kecil ketika "bermain" di kampung, tanah orang tua kami. Makan rendang belut ... wuiihhh ... dodol yang dimasak di wajan sebesar danau:) Kembali lagi ketika saya tengah kuliah, menyusuri pesonanya Sumatera Barat. Menjejakkan kaki di atas kampus Universitas Andalas yang megah itu. Konon disebut terbesar di Asia Tenggara. Menikmati pemandangan horizon, langit, gunung tinggi, dan danau di seberang sana. Bermain dengan para sepupu di pinggir pantai kota Padang. Nikmat. Subhanallah.

Namun .. kini rekaman keindahan itu nyaris hilang ... bagaimana gempa telah mengobrak abrik tatanan kota dan daerah, kampung leluhur .... seperti rekaman gempa dan tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam 2004 silam, tempat kelahiran saya.

Gempa dengan kekuatan 7,6 skala Richter di Padang Pariaman, Sumbar, dikenal sebagai wilayah gempa. Tidak heran bila kemudian terjadi gempa. Ini adalah gempa besar yang diprediksikan (detikcom). Namun sayangnya, saya belum pernah "berkunjung" ke Padang Pariaman, kampungnya Si Ajo, pedagang sate Padang yang pada masa lalu berjualan sate keliling di komplek perumahan. "Res, tusuknya dibalikin lagi, ya! Ada-ada saja uda satu itu, dmanakah dia berada kini?

"Itu sudah diprediksi. Mudah-mudahan ini gempa besar terakhir yang kita tunggu," kata Direktur Teknologi Sumber Daya Mineral BPPT Yusuf Surachman melalui telepon, Rabu (30/9/2009). Menurut pakar gempa ini, gempa di kawasan itu tidak ada yang aneh, alasannya memang memang di sana daerah rawan terjadi gempa. "Ini lempeng tektonik, pertemuan Indo Australian dan kontinental Indonesia. Ini daerah terkunci dan sudah saatnya terjadi gempa," terangnya. Di daerah itu memang sebelumnya sudah diamati para ahli akan terjadi gempa besar, bahkan ada yang meramalkan hingga lebih dari 8 skala Richter. "Yang terjadi ini sudah gempa besar. Mudah-mudahan gempa ini yang terakhir," harap Yusuf.

Mudah-mudahan ini memang yang terakhir. Walau kemudian, ternyata .. Bukit Barisan melanjutkan amukannya hingga Kerinci, Jambi ... Bandung ... entah apa lagi. Lagi-lagi jatah kita, hanya menunggu dan kembali menjadi bagian kisah kasih ini. Allahu akbar!

Senin, 28 September 2009

Tidak Bisa Dipungkiri (Lanjutan Soal Dirham)

Ini lanjutan "obrolan" kita soal dirham ...
Saya posting tulisan dalam blog ini dan "iklan" di dalam facebook beberapa hari lalu yang berjudul "Dirham : Uang Emas atau Perak". Bukan untuk memancing perdebatan, tapi hanya sekedar menyampaikan adanya "keganjilan" yang jelas menjadi keresahan buat saya, mengenai ketidaksinkronan antara kebenaran tekstual dan kenyataan kontekstual mengenai soal dirham.

Secara tekstual disebutkan dengan jelas bahwa dirham adalah uang yang terbuat dari perak. Hampir semua kita tidak menolak kebenaran ini. Namun ada fakta yang "terlihat" dalam nisan di Komplek Makam Malikussaleh dan iklan "jual" dirham Kerajaan ACEH di situs www.indonetwork.com , bahwa dirham dikatakan sebagai gold money alias uang emas. Bukan silver money atau uang perak.

Memang tidak ada yang dapat membuktikan apakah pada praktek perdagangan masa Kesultanan Aceh tempo doeloe, dirham yang digunakan sebagai alat perdagangan antar kawasan itu apakah berupa perak atau emas. Hanya memang menjadi sebuah kemirisan, jika ternyata dirham dipraktekkan sebagai uang emas. Sebab itu menjadi sebuah "pengingkaran" tekstual bagaimana sebenarnya dirham dan dinar itu diletakkan pada posisi yang tepat dan dipraktekkan dengan benar oleh sebuah kepemimpinan Islam (amirat). Wallahu'alam bisshawwab.

Minggu, 27 September 2009

Facebook, I Love U!


Pernahkah Anda merasakan situasi ketika anda pulang ke rumah dari bepergian jauh lalu membuka pagar rumah Anda yang di dekatnya ada sebuah kotak surat? Lalu ketika dibuka, SETUMPUK kartu ulang tahun tertuju buat Anda. Pada saat yang sama, esoknya adalah Hari raya IDUL FITRI. Kartu Ulang Tahun bersama Kartu Lebaran telah memenuhi kotak surat di rumah Anda saat itu. Mungkin Anda terlupa, sebab saat itu Anda (dan semuanya) memang tengah berpuasa. Shaum di bulan Ramadhan.

Realitas sekarang telah berubah. Sebab kotak surat yang masa lampau (atau dalam film kartun Donald Bebek) terletak di depan rumah dan terisi jika Pak Pos (baca ; Postman)datang, telah tergantikan oleh "kotak surat" di account surat elektronik (baca : email)yang telah disiapkan dengan sangat rapi oleh Pak Yahoo, Om Google, atau Mas MSN. Kotak surat ajaib yang dapat dimiliki oleh setiap orang (tanpa kecuali), tua muda, kecil tua .. selama memang masih HIDUP sehat wal'afiat di dunia fana ini:). Hanya dengan satu syarat : bisa membaca juga menulis. Kalau tidak, bagaimana mungkin anda bisa menulis dan mengirim surat, bukan? Pun sekadar mengucapakan, I Love U, Gute nacht pada kekasih Anda. Hehehehe ...

Bukan zamannya lagi, kata-kata indah (katanya) kalau tidak ada selipan Angpaw. Betul tak? Dunia kata-kata juga menjadi dunia bisnis yang bisa menghasilkan ribuan lembar uang kertas yang kemudian ditransformasikan menjadi emas-emas batangan yang kemudian disebut SIMPANAN alias INVESTASI. Inilah era baru, dunia-nya TRANSFORMER, saya contek dari judul film kartun anak-anak.

Arus yang demikian hebat ini telah menghubungkan desa dan kota, teman lama dan teman baru, kekasih lama dan kekasih baru (semoga yang terakhir, adalah pasangan anda). Mengingatkan kembali kenangan kita akan masa kecil dan tanggal penting yang kita yakini "keramat". Masa-masa kelahiran, kematian, momen-momen terindah seperti pernikahan dan mendapatkan penghargaan atas karya-karya besar. "Diikat" erat dan indah oleh sebuah jaringan sosial terindah yang saat ini banyak disebut orang dengan Facebook. Yah, Facebook, I Love U ....

Hmmmm ..... semoga menyenangkan. Hari-hari membaca dan menulis buat Anda!

Sabtu, 12 September 2009

Apa yang Ada di Kepala


Sepiring nasi panas, sepotong rendang padang buatan ibu tercinta ditambah beberapa sendok sayur lodeh khas ibuku, lemang tapai yang dibeli papa di pasar Batuphat ...
Ah, kenangan masa kecil. Anak kampung yang main sepeda kemana-mana. Rambut yang dipotong pendek, si tukang nangis. Huahuahuahua ...

Sementara itu catatan yang tersisa menjelang lebaran ini. Kenapa gua jadi sentimentil ya. Naik kapal laut dari Tanjung Priok menuju Belawan. Bawa tas ransel. Berat. Bergegas menuju Lhokseumawe. Bertemu orang-orang tercinta. Menyenangkan.

Alhamdulillah. Eid Mubarak!Syawal 1430 H ...

Lebaran ini, seorang teman mengirimkan lamang tapai idaman saya ini, langsung dari Bukittinggi. Oiiii .. lamaknya ... siapo nak mancubo? Lihat dulu, baru beli ... !!!!

Selasa, 08 September 2009

Dirham : Uang Emas atau Perak ?


Mengapa saya kembali mempertanyakan ini? Manakah yang benar, dirham itu uang emas atau uang perak?

Zaim Saidi dalam www.wakalanusantara.com, menjelaskan, "Dalam literatur-literatur klasik nuqud (jamak dari kata naqd) digunakan untuk menyebut alat tukar terbuat dari emas (dinar) atau perak (dirham) sedangkan fulus (jamak dari kata fals) digunakan untuk menyebut alat tukar selain terbuat dari emas dan perak seperti tembaga, besi, dan sebagainya. Dalam konteks sekarang fulus akan terbuat dari kertas khusus, sejenis dengan kertas yang dipakai sebagai bahan uang fiat (uang kertas), agar tak mudah sobek dan rusak."

Dari sumber lain disebutkan, dirham Perak Islam adalah koin perak murni dengan berat 2.975 gram. Sejak masa sebelum Islam, dinar emas dan dirham perak adalah alat tukar yang digunakan berbagai bangsa seperti Persia, Romawi, Israel, Yunani, Mesir kuno, Nabataens dan Tubba (Yaman), please klik www.islamhariini.org.

Tak ketinggalan, di dalam pada http://en.wikipedia.org/wiki/Dirham, dijelaskan bahwa The first dated coins that can be assigned to the Muslims are copies of silver Dirhams of the Sasanian Yezdigird III, struck during the Caliphate of 'Uthman, radiallahu anhu.

Dari berbagai sumber di atas, sangat jelas bahwa yang disebut dirham adalah uang perak yang digunakan dalam kepemimpinan Islam (khalifah). Namun, ada fakta menarik yang ingin saya sampaikan disini, ketika berkunjung ke Komplek Makam Sultan Malikussaleh di Lhokseumawe, Aceh Utara (seperti yang tampak dalam foto), tertulis di atas nisan (dikuatkan pula dengan penuturan seorang "abang" tinggal di sekitaran lokasi makam)yang bahwa yang disebut dirham itu adalah gold money (bukan silver money). Demikian petikannya "
Sultan Muhammad (Malikul Dhahir)
(1297 - 1326)

Malikul Dhahir was Malikus Saleh's son. He had established the foreign trade and Islam hed been spreadedup to foreign countries the gold money (dirham) was used in his Prior.

Dalam sebuah situs, (http://keueh.indonetwork.co.id/1465304/uang-logam-emas-kerajaan-aceh.htm), seorang pengusaha asal Aceh, Tn. Fazli yang menjual uang logam emas Kerajaan Aceh juga menyebut bahwa dirham adalah uang logam/ koin emas. Berikut petikannya, "Jual uang logam/koin emas kerajaan islam aceh (dirham emas), Dirham pertama yang keluar di kerajaan aceh pada masa pemerintahan Sultan Malikul Saleh abad ke 12 masehi (beliau adalah pendiri kerajaan islam pertama di samudera pasai bernama Kerajaan Islam Samudera pasai)di aceh utara saat ini. Malikhul Shaleh ‘Alallah, berkuasa thn 1261-1295 M, Pendiri kesulthanan Islam pertama Samudera Pasai di Aceh Utara saat ini.‘Athaillah (dibawah lindungan Allah). 100% di jamin keasliannya ( warisan keluarga)."

Dari uraian di atas, bagaimana kata Anda?

Minggu, 06 September 2009

Kuingin mencintaimu dengan sederhana

Kuingin mencintaimu dengan sederhana...
Seperti kata yang tak sempat diucapkan sebuah kayu kepada api yang
menjadikannya abu. Seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Lewat kata yang tak sempat disampaikan awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Seorang sahabat kutanyakan tentang cinta, dia menjawab :
cinta adalah pengorbanan sampai akhir, cinta adalah keikhlasan dan kesabaran dalam batas-batas adab. MENDALAM!

Jumat, 04 September 2009

"Membaca" Goethe dan Heidegger, Melihat Habibie Dan Zaim Saidi

Jum'at, 3 September 2009, diskusi tentang Goethe dan Heidegger di Gedung Habibie Center, Kemang Selatan Jakarta. Diskusi publik ini diisi oleh Nurman Kholis, Staf Puslitbang Lektur Keagamaan, Balitbang Depag dan Zaim Saidi, penyunting buku Heidegger for Muslim. Saya ikut datang ke acara itu sebab diundang lewat Facebook oleh Jawara (Jaringan Wirausahawan Dinar Dirham Nusantara). Sebagai seorang yang pernah "belajar" di Fakultas Ilmu Komunikasi, pernah membaca buku, dan mengalami "kegilaan" menulis, acara itu tentu menjadi masukan berarti buat mengisi "blog" pribadi yang sedang Anda baca ini:). Acara dua jam itu juga menyisakan "oleh-oleh" buat Anda, tentu dari saya.

Ada apa dengan Goethe dan Heidegger dan apa hubungannya dengan Habibie
serta Zaim Saidi?

Mari kita urai satu persatu-satu.

Johann Wolfgang von Goethe (28 Agustus 1749–22 Maret 1832) adalah novelis, sastrawan, humanis, ilmuwan dan filsuf Jerman. Ia merupakan salah satu dari tokoh terpenting dalam dunia sastra Jerman, Neoklasisisme dan Romantisme Eropa pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Ia juga pengarang Faust dan Zur Farbenlehre (Teori Warna), serta merupakan inspirasi bagi Darwin dengan penemuan terpisahnya terhadap tulang rahang pramaksilia manusia dan fokusnya kepada evolusi. Pengaruh Goethe tersebar di sepanjang Eropa, dan selama seabad ke depan karyanya merupakan sumber inspirasi utama dalam musik, drama, dan puisi
(http://id.wikipedia.o/wiki/Johann_Wolfgang_von_Goethe).

Lalu siapa Heidegger?

Martin Heidegger adalah seorang filsuf,lahir di Meßkirch, Jerman, 26 September 1889 dan meninggal 26 Mei 1976. Ia belajar di Universitas Freiburg di bawah Edmund Husserl, penggagas fenomenologi, dan kemudian menjadi profesor di sana 1928. Pemikirannya mempengaruhi banyak filsuf lain,termasuk murid-muridnya Hans-Georg Gadamer, Hans Jonas, Emmanuel Levinas, Hannah Arendt, Leo Strauss, Xavier Zubiri
dan Karl Löwith. Maurice Merleau-Ponty, Jean-Paul Sartre, Jacques Derrida, Michel Foucault, Jean-Luc Nancy, dan Philippe Lacoue-Labarthe juga mempelajari tulisan-tulisannya dengan mendalam. Selain hubungannya dengan fenomenologi, Heidegger dianggap mempunyai pengaruh yang besar atau tidak dapat diabaikan terhadap eksistentialisme, dekonstruksi, hermeneutika dan pasca-modernisme. Ia berusaha mengalihkan filsafat Barat dari pertanyaan-pertanyaan metafisis dan epistemologis ke arah pertanyaan-pertanyaan ontologis, artinya, pertanyaan-pertanyaan menyangkut makna keberadaan, atau apa artinya bagi manusia untuk berada. Heidegger juga merupakan anggota akademik yang penting dari Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei.

Apa yang menarik dari Goethe dan Heidegger?

Salah seorang "pembaca" Goethe adalah Ian Dallas, yang kemudian dipanggil Abdalqadir as-Sufi. Lahir di Ayr, Scotland pada 1930, seorang Shaykh of Tarbiyah (Instruction), pemimpin Darqawi-Shadhili-Qadiri Tariqa, pendiri Murabitun World Movement dan penulis buku-buku Sufism (Tasawwuf) dan teori politik. Sebelum "masuk" Islam (1967)pada Imam Masjid al-Qarawiyyin (Qarawiyyin Mosque) di Fes, Morocco,
ia adalah seorang penulis naskah drama dan aktor.


Salah satu fakta penting dan menarik tentang Goethe adalah kebenaran bahwa ia seorang muslim. Goethe hidup dalam masa transisi pemberlakuan uang kertas yang menggantikan uang emas dan uang perak. Karena itu, ia membuat 46 buku yang dilatarbelakangi sikap skeptisnya terhadap pemberlakuan uang kertas tersebut. Hal ini sebagaimana ia tuangkan dalam buku Faust II. Dalam buku tersebut dikisahkan seorang ilmuwan kimia bernama Faust yang berusaha membuat emas dari logam biasa demi meraih pengetahuan tertinggi dan memuaskan kesenangan manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut ia membuat perjanjian dengan iblis, Mephistopheles. Keduanya kemudian bertemu seorang Kaisar yang kehabisan dana untuk menggaji tentara dan pelayan. Mephistopheles menawarinya jalan keluar dengan mencetak kertas bertandatangan Kaisar dan diedarkan kepada masyarakat.

Goethe telah melihat ekonomi uang modern yang didasarkan pada uang kertas merupakan kelanjutan cara-cara kimiawi dengan cara lain. Meskipun menulis dalam dekade awal abad ke-19, ia sudah meramalkan banyak pencapaian industrial pada abad berikutnya. Jauh sebelum Amerika Serikat (AS) diperhitungkan dalam pentas sejarah dunia, ia juga sudah memperkirakan bahwa AS akan membangun terusan untuk menghubungkan Samudera Atlantik dan Pasipik tersebut. Dengan demikian, Goethe sudah melihat sebelum waktunya capaian besar dunia industri yang akan didanai dengan sistem moneter uang kertas.

Pernyataan Goethe bahwa uang kertas adalah ciptaan setan memiliki korelasi dengan pemikiran Imam al-Ghazali yang menyatakan bahwa hikmah penciptaan Dinar dan Dirham tidak akan ditemukan di dalam hati yang berisi sampah hawa nafsu dan tempat permainan setan. Dengan demikian, Islam yang dipahami oleh Imam Ghazali dan Goethe membuahkan pemahaman yang sama, yaitu Dinar dan Dirham sebagai mata uang yang diciptakan oleh Allah, sedangkan uang kertas ciptaan setan.

Pemahaman ini juga diperjelas oleh Jack Weatherford yang menyatakan bahwa Al-Quran melarang riba lebih jelas daripada Injil, karena secara spesifik Al-Quran melarang penjualan “sesuatu yang sudah ada (nyata) dengan sesuatu yang tidak ada (gaib)”. Pertukaran yang nyata dengan yang gaib ini seperti pertukaran uang kertas (yang semula sebagai kuitansi tentang sejumlah uang emas atau uang perak) dengan ayam, kambing, hutan, dan sebagainya.

Dimana Habibie dan Zaim Saidi?
Saya naik taksi menuju acara ini. Pak supir taksi bilang,
"Dimana gedung Habibie Centernya, ya?"
"Wah, harus nanya, Pak. Alamatnya Kemang Selatan."
Akhirnya ketemu juga.
"Acara diskusi, Bu?"
"Habibie masih di Jerman gitu?"
"Gedungnya aja yang nangkring disini. Acaranya orang-orang pinter."

Zaim Saidi, penyunting buku "Heidegger for Muslim" menjadi "menarik" dalam diskusi publik ini. Beliau, sang penulis "Lawan Dolar dengan Dinar" juga orang yang pernah "berkunjung" ke Cape Town, dimana Shaykh Abdalqadir as Sufi bermukim (klik: www.zaimsaidi.org)

Kamis, 03 September 2009

"Bangun Dong, Habib!


Bangun dong, Habib ...
Jangan telat masuk sekolahnya.
Kan ummi malu ama ibu gurumu.
Jangan malas dong masuk sekolah.
Mau jadi apa, kamu?

Jangan Tanya Kenapa Saya Punya Rasa Rindu


Rasa itu milik Tuhan. Manis, asin, pahit jadi satu. Senang, sedih, dan marah. Begitu juga cinta dan kerinduan. "Saya rindu padamu, bolehkah?" Sama seperti saya ingin katakan, "Kangennya saya selalu." Semua ini mampir begitu saja buat orang-orang yang pernah mampir dalam episode kehidupan kita. Orang-orang yang pernah membuat kita sedih, marah, kalut, bimbang, dan cinta setengah mati.

Tolong jangan salahkan saya ketika sempat tertulis rindu pada "obrolan" lewat ruang maya ini.Saya tak mampu menjelaskan mengapa ini terjadi. Sama seperti bagaimana saya harus menjelaskan kenapa saya bisa sampai di sini. Saya anak kampung. Kedua orang tua saya dari kampung Pasir Lawas, desa kecil di pelosok Batusangkar, Sumatera Barat sana. Ibu saya yang biasa saya panggil mama dan nenek dari delapan orang cucu itu adalah anak ke-5 dari 7 bersaudara. Kakek kami (alm), ayahnya mama adalah guru di Kumango, seorang Datuk. Papa (alm) juga orang dari sana. Hanya saja keluarga besar papa tinggal di rumah gadang di atas bukit. Sedang mama di lurah (bawah bukit):)

Menurut cerita, papa sudah ditinggal ayahnya sejak kecil. Ayahnya mati ditembak masa pemberontakan. Papa merantau ke Medan bersama pamannya sejak kelas 2 SD. Berbagai pekerjaan dilakoni hingga ia sampai ke Aceh (tepatnya Lhokseumawe), tempat diriku dilahirkan. Kota industri yang sering disebut dengan Petrodolar karena perusahaan besar "hadir" disana, PT Arun LNG dan ExxonMobil (70-an). "Rezeki" ini pulalah yang mampu "mengantarkan aku dan kedua kakak perempuanku dapat bersekolah ke Bandung. Pulau Jawa yang masa di Aceh dulu tak pernah terpikirkan olehku.

Ah, kehidupan ... bawalah daku bersama Sang Bayu ... !

Rabu, 02 September 2009

Lupa lagi ... lupa lagi ...

Aku sedih. Shalat rasanya gak serius amat. Lupa-lupa aja raka'atnya. Ya, Tuhan ... aku minta ampun ya. badan pun rasanya capek bener. Kok aku rasanya dah tua amat ya? Padahal umurku baru 31 tahun. Katanya itu umur masih muda. Kulihat-lihat ke kaca. Belum tua ya. Belum keriput. Ah, siapa sih aku?

Gempa Euy

2 September 2009, menjelang sore, gempa terasa di Depok, Bandung, Jakarta, bahkan katanya sampe ke Bali. Pusat gempa ada di Tasik mencapai 7 skala richter. Itulah mengapa judul obrolan ini Gempa Euy, maksudnya gempa di Tanah Sunda:)
Seorang teman bertanya, kamu lagi di Depok atau Aceh sih karena baru saja kukabarkan padanya bahwa terasa ada gempa di Depok. Dia di Makasar saat itu, katanya. Kami lagi chatting, koneksi internet pun sempat terputus.

"Aku lagi di Depok, frend ... kota yang akan menjadi "Gampong Aceh". Lho?? Akankah tsunami menerjang Tanah Jawa? Entahlah, yang jelas ada sekitar 10 detik, gempa terasa di sini, entah sama ato enggak dengan gempa yang kemudian disusul tsunami di Aceh Desember 2004 silam. Yang pasti, sudah banyak tenda yang bertuliskan "Mie Aceh" berdiri di Depok, kota pinggiran Jakarta yang termasuk dalam propinsi Jawa Barat ini. Kok kayak LKS anak SD seh?

Ada korban luka dan tewas, baik di Jakarta, Cianjur, Rancabali, Tasik, dan sekitarnya.Inilah kabar dan kejadian yang selalu menegangkan dan merisaukan, memutuskan, dan mengganggu sambungan telekomunikasi. Selalu menjadi mimpi buruk. Namun, insyaallah, tidak mengganggu jalinan kasih kita dengan Sang Pengasih. Inilah mimpi indah. Alhamdulillah.