site meter

Kamis, 11 Februari 2010

Apa yang Aku Cari?

Ketika enaknya online di ym, seorang teman bertanya, what i look for? Hah?! I look for life. Life is children. Their cry and laugh are life. Long. Lifetime. Everything are what i look for ..

Isi Otaknya!

Para Jurnalis, tolong otaknya diisi! Selama yang dipake uang kertas, yang namanya setan masih akan terus saja gentayangan ... !
(tanggapan PenaPensil terhadap editorial MetroTV 13 Januari 2010)

Bisakah Dihitung?

Afreen, rindunya ummi padamu. Sehatkah dirimu, Nak? Masihkah kau kenakan jilbab setiap akan keluar rumah? Berlompat-lompat girang? "Ummi temani aku sampai depan kelas. Lihat aku dari jendela. Aku mau ngaji ama ummi. Afreen, mana bukunya? Ambil iqranya! Mari kita ngaji sama-sama. Lafalkan dengan jelas. Ummi tau Afreen sangat lantang. Seperti jelasnya Afreen melafalkan huruf R, sejak kecil. Afreen, ummi pangkas rambut di rumahnya Jelita. Ada gaun Kak Caca disana, ditambahkan manik-manik ama neneknya. Manis sekali. Ummi ingat Afreen pernah ingin kenakan baju itu. "Untuk, pesta, Mi?" Seperti yang pernah Afreen tanyakan pada Ummi, inikah baju Ummi menikah?"
Tapi baju itu terbuka bahunya. Ummi selalu khawatir Afreen masuk angin. Kenakan selendang panjang atau jaket agar sedikit menutup, jika Afreen ingin kenakan itu. Afreen, jagain adek Icha ya. Kapan ketemu ummi lagi?"

Ibu, Dimanakah Aurat Itu?

Siang, saya berjalan dari gedung megah Citibank Bandung, Jalan Asia Afrika menuju Toko You yang terletak di Jalan Hasanuddin. Masih di Parijs van Java. Mobil dan motor masih lalu lalang. Aktivitas hari kerja. Tak ada yang istimewa. Hanya sepertinya ada yang meninggal di sekitaran Ariajipang. Banyak karangan bunga berduka cita berjejer disana. Dhuhur tiba. Adzan masih menggema di Masjid Al Kautsar, pinggir Jalan Sumbawa. Areal yang dulu cukup akrab di masa-masa SMA. Wilayah jajahan anak SMA Belitung:)

Sang nenek tua, bajunya terbuka. Bagian depan tubuhnya terlihat sempurna.
Astaghfirullah. Mengais-ngais tempat sampah. "Nek, aku tak membawa sehelai pashmina tebal seperti kemarin kukenakan ketika mengikuti persidangan di Pengadilan Agama. Jaket jins yang saya kenakan hari ini pun rasanya tak pantas menutupi tulusnya tubuh yang kau gelar di jalan raya kota kembang ini. Akukah yang gila? Atau sekedar berpura-pura? Tak sempat kutanyakan padamu, Nek, dimanakah rumah dan keluargamu? Berapa anakmu? Kapankah terakhir kau memakai baju sepertiku? Pernahkah selendang menutupi kepalamu? Berapa panjang jaket yang sempat kau pakai untuk membungkus badanmu agar senantiasa hangat? Kota ini dingin, Nek!"

Namun, siang ini menghanyutkanmu. Jika saja kita kembali ditakdirkan bertemu, maukah kau menemaniku minum secangkir Robusta di Toko Kopi Aroma, Nek? Sore hari hingga menjelang maghrib, tepat di pinggir Jalan Banceuy. Rasakan aroma kenikmatannya, Nek. Katakan padaku, kau pasti akan berujar, "Sampai kapan Tuhan membiarkan kopi ini tumbuh?"

Menjadi "Kreator" Cilik ala Faber Castell

Kreator, apakah itu? Adakah creator yang dimaksud? Dalam sebuah leaflet yang dikeluarkan Faber Castell, saya menemukan kata-kata itu. Mengapa tidak sebut saja Pencipta? Pahamkah kita jika yang dimaksud creator tetap diterjemahkan menjadi kreator?