site meter

Rabu, 17 Maret 2010

Salam buat Pak Haji Ya!

This is not a journalism duty. My visit is to see my uncle. He had passed away. Back to His Lover. If I write something about him and post to this blog, it's just my lost feeling expression. Normal. Not anomali. I lost him, really!

Setiap orang melukiskan hidupnya sendiri. 10.30 siang WIB, 10 Maret 2010, Sukhyar DH Putra, berakhir hayatnya. Saya menerima pesan singkat itu diantara sadar dan tidak. Saya baru terjatuh dari sepeda motor dua hari sebelumnya. Percaya atau tidak bahwa yang namanya hidup bukan milik kita namun kuasa Sang Pemilik Kehidupan.
"Ibu masih sadar," saya diangkat oleh beberapa orang ketika motor menimpa badan saya, Ahad 8 Maret 2010.
"Anak saya baik-baik saja?"
"Yang mana anak ibu?"
"Itu digendong ayahnya."

Alhamdulillah, saya masih bisa bernafas. Bahkan herannya, saya masih bisa melanjutkan mengendarai sepeda motor Honda menuju Kota Wisata, kawasan pemukiman areal besar, bersebelahan dengan Cikeas:) Mengembalikan kunci pada tempatnya, because it's not mine. Hingga dua hari kemudian, saya mendapatkan pesan bahwa Pak etek kami tercinta, Sukhyar DH Putra yang dipanggil Tuhan, bukan saya. Oh, God. I have promised to him that i will go to Medan about July, 2010.
"Airasia bisa pesan lewat internet, tuh" katanya.
"Juli, deh ..."

Pak etek, itu panggilan kami untuk hubungan kekerabatan, adik-adik dari papa. Yah, panggilan orang Minang. Masih segar dalam ingatan saya omelan-omelan kecilnya, godaan-godaan pada keponakan juga kemenakan. Itulah keusilan dan perhatian kecil, membunuh kebosanannya pada rutinitas kerja media, menjadi jurnalis hingga memangku jabatan tertinggi sebagai Kabiro ANTARA Padang, Palembang, dan terakhir di Medan.

Seperti yang tertulis di Harian Analisa Kota, 11 Maret 2010, bahwa ia akan memilih berkiprah dalam bidang pendidikan lepas pensiun Oktober 2010 agaknya memang demikian adanya. Seminggu sebelum kepergiannya, ia memberikan lembar Udnas pada saya. Universitas Dian Nusantara, kampus yang terletak di Jalan Bromo Medan, institusi pendidikan dimana ia menjadi pembina disana. Kampus yang masih dalam pengembangan, didirikan oleh Almarhum Prof Asrarudin yang juga kawan main Almarhum Sukhyar. Dua sahabat karib yang juga masih ada pertalian kisah kasih dengan ayah saya yang juga sudah "pergi" pada usia di atas 50 tahun. Ini Medan, bukan Horas Bung! Benar-benar Waspada!:)

Tidak jelas dengan pasti mengapa Pak Sukhyar, om satu ini senang dengan jamu atau herbal semacam habbatussauda. Istrinya meninggal di antara perawatan medis. Mengenaskan. Tidak ada hubungan!
"Kalian kemana sih," Tante bertanya pada saya suatu ketika semasa kuliah saya menyambangi kantor ANTARA Biro Padang. Pak Sukhyar dan keluarga tinggal di kantor yang juga dijadikan rumah di lantai atasnya.
"Nemani Pak Etek minum jamu, Tek," saya tersenyum kecil.
"Hmmmm...."

Padang, 1999, saya baru melihat wasantara disana. Tempat dimana saya bisa mengakses email, belum sampai surfing. KKN-Profesi, program KKN bikinan Unpad yang cukup kontroversial masa itu. Program itu tak berlangsung lama. Ada KKN-P dan KKN biasa. KKN-P berhubungan dengan jurusan dan KKN biasa adalah program kunjungan ke kampung-kampung atau desa