site meter

Jumat, 22 Oktober 2010

back to gampong

where is gampong geutanyoe?
is it still in sumatera island?
how about samudera hindia, pantai barat sumatera?
masih adakah sisa tsunami disana?
adakah sisa-sisa air mata...
nyawa para manusia dan mayat yang terkubur kelak akan menjadi fosil
yang ribuan tahun mendatang menjadi sumber ladang minyak dan gas baru ..
akankah perang bintang terjadi di pantai barat sumatera pada 2020 ...
tsunami ajalah, kayaknya lebih enak!!!!

kalo bisa ngomong tsunami, mari cari daisho ...
ada di pinggiran dan pelataran parijs van java ...
hiyatttttt ... selamat2 ...!!!!

Profit sebuah Web

: aHa*

Seorang pemilik sebuah usaha terapi bercerita bagaimana bingungnya ia memiliki keanggotaan beberapa bisnis multilevel. Selain mendapatkan kartu keanggotaan, ia juga diberikan “jaket” kebanggaan.


Apa yang saya dapatkan dari bisnis ini?
Tentu keuntungan yang saya cari, sebab untuk usaha itu saya mengeluarkan sekian banyak modal dan beberapa hal kalau bisa disebut sebagai sebuah pengorbanan.

“Saya ingin berhitung soal profit sekarang.”
“E-mail.”
Itukah jawabannya?
“Mungkin juga anda sudah saatnya memiliki website.”

Saya ingin urai satu-satu bisnis apa sajakah yang sudah saya miliki.
Gerakkan tangan bapak untuk menuliskan, apa yang ada di kepala bapak saat ini.

“Saya sempat menjadi wartawan pada masa lalu.”
“Bagaimana sekarang?”
“Saya ingin menjadi penulis untuk usaha yang saya miliki.”
“Mari kita buka, Pak … tulis … lalu kita edit.”
“Berapa saya harus bayar anda. Menunggu profit dari sebuah web, mungkinkah?”

Brian Arfi Faridhi, PT Dhezign Online Solution (TeknoPreneur edisi Juni 2010) bilang bahwa website adalah kerja. Artinya, kerja itu adalah aktivitas yang berorientasi menghasilkan sesuatu. Ada produk dan jasa dari sana. Singkatnya, website adalah sebuah produk sekaligus bisa menjadi jasa.

Untuk pernyataan ini, jangan merasa rugi ketika kita sebagai pemilik bisnis sudah memiliki website. Kepemilikan website bagi seorang pemilik bisnis sudah menjadi awal bagi sesuatu yang disebut prestise. Jadi, jangan ragu … mulailah berbisnis dengan website Anda!


*Managing Editor TeknoPreneur

Kota dan Keruwetan Kabel Listrik

Apa yang dilakukan gajah atau harimau ketika habitatnya dirusak atau diacak-acak? Mungkin mereka akan mengamuk lalu kembali merusak dan mengacak-acak (rambut) kita. Bagaimana dengan kabel listrik yang ruwet, melintasi jalan kota-kota? Apa yang akan dipikirkan para gajah?

Ah, gajah atau harimau akan bilang begini … Manalah kutau, emang gue pikirin? Lha gua kan kagak pake listrik buat bisa idup. Gua cukup cari rumput dan tanah lapang yang ada rumput gajahnya. Gajah memang benar, sebab gajah tidak makan nasi yang harus dimasak dengan rice cooker atau minum air mineral yang diletakkan di tempat yang kita sebut dispenser. Jika saja itu terjadi, sepertinya para gajah mulai main-main dengan kita.

Pasti, saya yakin anda perhatian untuk hal ini. Kabel listrik yang menggantung, melintasi jalan raya. Bukan sekedar menghalangi pandangan kita namun juga kelak akan mengganggu keamanan dan kenyamanan kita. Kerapkali kita dengar musibah kebakaran yang terjadi akibat hubungan singkat alias hubungan pendek. Kena air …. Sssttttss …satu rumah kena, tetangga lainnya ikut merasakan. Setelah itu, mulai berurusan dengan asuransi… Klaim tidak dibayar, hancurlah kita.

Agaknya merapikan kembali kabel-kabel listrik di kota yang kita diami adalah kerja yang lebih ringan alias tindakan preventif yang harus dipikirkan dan direalisasikan sebelum kebakaran-kebakaran lanjutan terjadi kembali merusak tatanan fisik dan sosial kita. Beberapa kawasan pemukiman di beberapa kota yang dikelola oleh developer-developer besar sudah melakukan ini. Hasilnya? Lihat saja apa yang anda pikirkan setelah itu.

Kita butuh hidup di kota yang layak untuk didiami sebagai tempat tinggal. Kita tak beda jauh dengan gajah dan harimau yang akan marah jika habitatnya sudah menjadi kampung asing… Kampung gajah tak akan mau dirubah menjadi kampung harimau…sebab gajah makan rumput dan harimau jika lapar atau marah ya, akan makan gajah. Jika gajah saja begitu bagaimana dengan kita?

Kisah seekor gajah, dua induk harimau dan KITA.

Selembar Daun Surga dari Pedalaman Sumatera

Apa yang dibakar para penjaga keamanan negara di hutan-hutan Sumatera?
Adakah gajah hidup di hutan hujan basah atau memang habitat-nya ada di savana .. ?
Hutan dibakar, pohon ditebang .. daun-daun yang sempat diselipkan pada batang rokok dJarum atau cerutu bukan tembakau itu bernilai miliaran rupiah. Bukan dihitung selembar, yang dihitung adalah pohonnya dan nilai investasinya miliran rupiah.
Cukup untuk kelangsungan hidup para gajah.

Lama waktu berselang, pohon yang dibakar hingga ke batangnya berganti menjadi "Pride of Sumatera". Daun hijau dan merah dengan tekstur garis yang keras dan tegas, pertemuan dua spesies, Pride and Sumatera. Tak ada lagi pembakaran pohon disana, sebab kemudian yang dihitung adalah ongkos ganti rugi terhadap kekeliruan para penjaga keamanan menjaga hutan milik kita. Ongkos ganti rugi dihitung per daunnya... cukupkah nilainya menutup hutan kita yang semakin kerontang?