site meter

Kamis, 29 Juli 2010

ramadhan bersama ajwa

diambil dengan paksa dan tanpa kekerasan dari blog-nya abdurrahman. semoga ALLAH memberinya kelapangan dan keleluasaan .... AMIINNNNN!!!!

Ajwa Dates Keep Away Harm, Poison And Magic

Ajwa (عجوة) is a soft dry variety of date fruit from Saudi Arabia. It is cultivated at Madina Monawara. A delightfully soft and fruity date with fine texture.

The Messenger (Sallallaahu Álayhi Wasallam) said, “Whoever has seven Ajwa dates every morning he will not be harmed on that day by poison or magic.” [Saheeh al-Bukhaaree (5445) (5768) (5769) (5779)].

The Messenger (Sallallaahu Álayhi Wasallam) said, “Ajwa dates are from paradise.” [Tirmidhee (2068) he said hasan Saheeh and it was authenticated by Shaikh al-Albaani].

Referring to eating seven Ajwa dates, the Messenger (Sallallaahu Álayhi Wasallam) said, “He will not be harmed by anything until he reaches the evening.” [Saheeh Muslim (2047)].

These dates cost around 70 Saudi Riyals per KiloGram.

There are also "imitations" or some sold an inferior quality dates and "conned" the customers as "AJWA dates" To know whether its AJWA, look closely at the dates. There are very fine white lines on the dates.

ajwa date

Madina Dates Keep Away Harm

The Messenger (Sallallaahu Álayhi Wasallam) said, “Whoever has seven dates between the two areas (the east and west of Madina) as soon as he wakes up every morning, he will not be harmed on that day by poison until the evening.” [Saheeh Muslim (154) (2047)].

Dates In One’s Home

The Messenger (Sallallaahu Álayhi Wasallam) said, “O Aisha! A house that has no dates in it their family is hungry. Oh Aisha! A house that has no dates in it their family is hungry.” [Saheeh Muslim (153), (2046)].

Selasa, 27 Juli 2010

HALO ... Mi, aku mau gambar gajah!!!

Ummi, ... ini aku, Afreen. Oh iya? Kok aku nelpon ke hp ummi gak ada cihhh? Oh iya, Frin, ummi lupa ngabarin kalo hp ummi jatuh, raib .. tau deh dimana. Kalo mau yang baru emang sih kudu ganti ama Nexian kali ya, lucu soalnya nexian itu. Masa cuma 295 ribu bisa apa aja tapi kartunya kudu simpati pede euy. Kayaknya emang kudu ganti sih soalnya nokia itu dah busuk sangat. Apa ya, Frin, Nokia yang keren. Bukan keranjang duren yak? Eh, Afrin kenapa sih, kok nangis, suara ummi kebesaran ya? Emang sepertinya ummi kudu ke THT nih abis suara Afreen kurang jelas. Kata adek Icha kakak lagi gendong2 adek bayi, Mi, trus abang belon bangun. Kok ayah bilang abang udah berangkat sekolah, bangun, makan, langsung kabur. Jadi mana yang bener?

Ummi sedih ya? Afreen pernah tanya itu ke ummi. Ah, kata siapa sedih? Kalo pegel mah iya, abis nyuci baju soalnya trus puasa. Tapi syukur gak ke kali, masih nyala kran airnya. Itu tandanya airnya masih ada. Mata airnya masih jalan, kayak sumur zamzam. Latihanlah mau ramadhan soalnya. Bongkar2 gorden, mau ganti suasana ah, biar debunya mabur. Kotor sangat nih rumah nenek dan sepertinya harus diangkat ke atas nih bangunannya. Kayaknya kurang pantes ya kalo jadi rukan. Rumah makan ato rumah kantor ya ... Pokoknya rumah. Titik, Gak boleh koma. Gak boleh stop.

Senin, 26 Juli 2010

Sukawarna ato Sukajadi ... ???

Sukawarna biru deh ... Blue ... blue sky is blue, green .. green ... trees are green ... kalo sukawarna? Itu mah nama kelurahan atuh. Sukajadi, kecamatan ... kalo sarijadi? hmmm, kampung gua aja dah , nanggung soale ...

Minggu, 25 Juli 2010

Democratize ...

Percayakah saya dengan pemilu yang kerap disebut pesta demokrasi. Jika itu adalah buah dari demokrasi, please, sorry for that. I don't like democrazy coz its not believe in God. No place for God in democrazy. I believe in human, just not believe in with democrazy. It's not human. Plizzz, check out ur agenda ... where is it? where is God ...

menjelang "ramadhan" ... Allah with us ..!!

Kamis, 22 Juli 2010

Cut Tari dan Zaim Saidi

Adakah saya ingin menyandingkan Cut Tari dan Zaim Saidi? Tentu tidak, tidak perlu dan tidak ada kerjaan untuk itu. Saya hanya ingin membahas soal pornografi yang dilakukan oleh Cut Tari dalam kacamata dan titik pandang seorang Zaim Saidi. Untuk itulah, bapak 4 orang anak ini bicara dalam "Habis Demokrasi, Terbitlah Pornografi". Bisa dibaca dalam penuh konsentrasi di www.zaimsaidi.org. Selamat menikmati!

Rabu, 14 Juli 2010

"le Meridien"

........Back to Jakarta is a pleasure .. it is back to le Meridien ... www.tripadvisor.com

Selasa, 13 Juli 2010

on the laptop

akhirnya berjumpa juga saya dengan salah seorang penulis buku "Reconstruction After Disasters : Lessons from Aceh". Best takzim for Mr Ismet Fanany, Indonesians, long in Melbourne. "Kita mengikuti perintah Tuhan untuk bertebaran di muka bumi," begitu katanya menanggapi komentar saya tentang "kegemarannya" bertualang dan merantau.
Tak banyak yang ingin saya bagi untuk anda hanya sekedar menyampaikan bahwa saya respek untuk segala bentuk kegiatan riset yang kemudian dipublikasikan dalam sebuah buku. Riset butuh konsentrasi dan dana yang tidak sedikit sehingga dokumentasi dalam buku akan memberikan kontribusi berharga bagi warisan informasi untuk generasi penerus bangsa. Catatan sejarah tersimpan disana.
Viva piala dunia:) Ihhh, world cup pisan ... Kok lagunya keren amat yak???

From on the Laptop
Jakarta July 3, 2010

Part 3
Apa yang saya bincangkan ketika ketemu Mr Ismet? Yah, perkara humaniora atau ARTS. ART itu seni. Mr Ismet adalah dosen di Aussie, dimana Opera House ada disana dan Adelaide, adalah sebuah nama kota. “Aku pernah ke Bandung setelah dari Padang, kota itu pernah disinggahi lalu berlanjut di Malang. Agaknya jalanku memang jauh. Amerika menyapa setelah itu, apa pun kukerjakan disana hingga aku bertemu Rebecca, gadis Amerika yang telah memberiku dua orang anak yang kini sudah besar. Kami sekarang menetap di Melbourne. Deakin menitipkan banyak mahasiswa yang ingin belajar tentang Indonesia sehingga tiap tahun aku harus mampir ke Negara ini. Namun, sayang … lama kampung tak kusinggahi.”
Pak Ismet yang terhormat, terima kasih atas keramahan anda membayarkan kamar semalam saja di Jakarta. Saya harus belajar lagi menggesek kartu kunci kamar agar bisa beristirahat dengan enak. Namun sayang, dari lantai empat hotel bintang 5 itu saya tidak melihat Cikapundung. Rasanya agak sedikit rindu saya melihat keruhnya air sungai yang membelah sebagian besar Jakarta itu. Saya berjalan ke arah Ancol – Tanjung Priok , mungkin dulu Fatahillah pernah main2 disini. Air di sungai masih keruh, sepertinya ketika hujan deras turun, Cengkareng masih sedikit terganggu dengan air laut akan yang naik ke daratan.

Part 1
Back to Jakarta, it’s a pleasure. A big place in Indonesia. Le Meridien, it’s a hidden hotel. When u across Sudirman street you can see it, “le Meridien”, hhhummm. Why I can’t see clearly? My one glass was lost and I learn to see without glasses. Yap, I must try it and don’t be hesitate asking a answer, how the way I can reach it? Don’t forget, back to Jakarta is back to le Meridien!!

Part 2
Membawa pakaian basah ke sebuah hotel, emang baru nyuci dimana? Sungai Cikapundungkah? Tak terlihat dari sini. Dari lantai 4 “le Meridien” yang terlihat adalah deru kendaraan melaju dalam kecepatan rata-rata. Mencuci di sungai lama tak kita lakoni ketika tinggal di sebuah kota modern sebab air yang deras sudah disalurkan dengan sangat rapi melalui pipa-pipa yang dapat diakses dengan keran air. Sensasi mencuci di sungai mungkin hanya hadir dalam imajinasi seperti ingatan akan bidadari yang turun dari kahyangan ke bumi lalu mandi di sungai-sungai tanpa kembang tujuh rupa.