site meter

Sabtu, 27 Februari 2010

Batagor bukan Batak Goreng

Baso adalah kreativitas dan tahu dari kedelai. Inilah kenikmatan batagor. Bukan sekedar jajanan K5 tapi sudah merambah menjadi toko. Liat saja Batagor Riri, tempat makan batagor asik punya di sekitaran SMA BPI, mangkalnya anak2 keren kota kembang. Jangan lupa minum setelah makan batagor. Bisa ditemani dengan teh botol. Bukan hanya Sosro tapi ada juga fresh tea. Sama segarnya. Tambah segar lagi jika jalan ke Ciwidey, daun teh dan angin pegunungan akan semakin menambah kenikmatan Tuhan. Jangan lupa, ini Batagor bukan batak goreng ya!

Jumat, 26 Februari 2010

Tampaknya Pak Hernowo Benar:)

Saya dikirimi e-book untuk belajar menulis script oleh seorang teman. 3 e-book. Oh, God. Kenapa sih lo tega banget ama gua, Ndro? Ngirim kok ya gak kira2. Gua minta lo bikin cerpen gua jadi film, lo malah ngirimin gua e-book. Lo mau apa sih, Ndro? Mana disuruh googling lagi. Emangnya lo sapa sih? Hehehehe. Tapi, bener, Ndro, gua pengen belajar. Kayaknya banyak cerita bisa jadi film yak? Trus jadi duit. Biar deh rupiah juga.

Dan yang kedua, kali ini Pak Hernowo benar soal media. Susah katanya kalo gak printed. Iyakah? Batal dong ceritanya Yasraf about hiperreality? Simulacrum? Abrakadabra? Tapi emang iya juga sih, pegel banget melototin komputer. E-book tetap kudu di-print, biar bisa dibawa kemana2. Laptop bisa juga sih sebenarnya dibawa pergi-pergi. Cuma tetap aja laptop kudu pake baterai atau nyari PLN kalo baterainya abis. Nah kalo printed, paling banter juga kena air, sobek, nge-print lagi deh. Jadi siapa yang bisa nge-print kan e-book buat gua? Bukannya elu, Ndro? Atau mending minta kelas gratisnya Salman aja ya? Makasih ya, Ndro. God bless u.

Kamis, 25 Februari 2010

Makassar, Use Your Brain!

Ini bukan permainan kamera. Bukan juga ilusi. Ini kenyataan, teman. Huru hara yang terjadi di kampus Unhas Makssar dan terekam sangat baik di layar TV adalah KENYATAAN. Saya sengaja menuliskannya dengan huruf besar. Menggambarkan bagaimana risaunya hati dan terganggunya pandangan mata saya. Rasanya minus kacamata ini bertambah lagi. Saya menanyakan hal itu lewat seorang teman yang memang tinggal disana. Benarkah demikian. Plese, write dong buat PenaPensil, live! Laporan pandangan mata! Katanya benar, menurut saudaranya yang memang "dinas" di kampus sana.

Kawan saya itu menontonnya lewat TV Makassar dan saya menonton di saluran TV Jakarta. Sama? Pake hubb atau hub? Akhhh ... Sudahlah.
Saya hanya ingin katakan, please use brain. God has gave it and why we don't use it properly. Mengapa kembali lagi ke zaman batu, kuda gigit besi, masa prasejarah? Adakah sesuatu lebih beradab? Katanya soal perempuan? Ada apa dengan perempuan? Apa masalahnya? Ehmmmm ....

Makassar, kota itu pesisir. Pinggir pantai. Saya memang belum pernah kesana, tapi saya yakin suasana tropisnya tak beda jauh dengan kota-kota lain di negeri pesisir yang pernah tersinggahi oleh saya. Negeri zamrud khatulistiwa, pesona yang sudah diberikan Sang Pencipta. Disana ada Hasanudin, Sang Pahlawan, ada Habibie bos pesawat terbang dan Bapak Yusuf Kalla, sang pengusaha, Ali Yafie, tokoh agama. Orang-orang besar dan cerdas yang sedikit banyak sudah memberikan kontribusi berharga buat negeri ini. Mereka menggunakan otak dan akal sehat. Jangan nodai Makassar yang demikian indah! Apalagi di tempat yang bernama kampus. Itu sekolah. Universitas!

Selasa, 23 Februari 2010

Masih Hidup!

Anak-anak, Ummi masih hidup. Sehat. Alhamdulillah. Kalaupun sering bersendawa, itu biasa. Badannya emang gampang sekali masuk angin apalagi kalau telat dan lupa makan. Berangin-angin. Selanjutnya Ummi akan pusing tujuh keliling. Maafkan Ummi harus berpisah dengan Ayah. Mungkin jalan terbaik ketika kepala Ummi dan Ayah tidak dapat lagi dipertemukan. Keinginan yang kuat adalah tetap dapat bicara baik-baik dengan hati yang lapang.

Habib, Afreen, Aisha ... tak ada yang meminta apalagi memaksa walau Ummi perempuan dan ibu kalian, usaha untuk bisa memegang sekedar berapa keping uang di tangan akan Ummi lakukan. Masih ada yang bisa dilakukan dan diperhatikan. Dunia belum kiamat. Roda masih terus berputar. Selama ajal belum menjemput, jalan harus terus kita ikhtiarkan. Ummi belum tahu dimana batasnya namun Ummi yakin kalian bertiga penentunya. Karena kalian, Ummi insyaallah bisa.

Sayang Ummi selalu ...

Gayatri Sayang ....

Gayatri, salah satu deposan Bank Century, pengusaha jamu. Adakah gelak riang Gayatri menggambarkan hatinya yang lapang? Sungguhkan atraksi demo dan teatrikalnya memang menjadi ekspresi seninya seperti yang disebutkan Gayatri? Hanya Gayatri yang tahu, bukan Bang Ruhut si Raja Minyak.

Amien Rais Bicara Juga

Di tengah huru hara kasus Century, Amien Rais salah seorang tokoh reformasi angkat bicara juga. ia meminta dengan tegas : Pansus segera keluarkan nama! Melihat Pak Amien di layar kaca, membuka kembali potret ; Soeharto, Gus Dur, dan Megawati. Dua pertama yang disebut sudah dipanggil Sang Khalik. Kini, tinggal Pak Amien dan Bu Mega.

Dinar is Not A Commodity because Dinar is Islam

Minggu, 21 Februari 2010

Jus Tebu Singapore dan Pedagang Tebu K5

Selintas logonya mirip Sturbucks, namun setelah didekati ternyata bukan. Outlet minuman ini tampak baru buat saya. Wanita pelayannya bukan pria seperti di kaki lima walau juga berjualan produk yang sama : Tebu!

Begini tentang tebu, saya mengutipnya dari wikipedia :
Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.

Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air.

Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Ibu-ibu di pedesaan sering memakai dadhok itu sebagai bahan bakar untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas.

Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit listrik.

Let's Count!

Apa yang sudah diberikan Allah itu dapat dihitung, namun kitalah yang sungguh tak dapat menghitungnya!

Jumat, 19 Februari 2010

Waspada!

Pernahkah anda dan anak-anak anda menonton TV, tayangan film atau sinetron yang bercerita tentang dukun yang melakukan sesajian lalu menerima upah dari pelanggannya dengan uang kertas seraya ia terkekeh-kekeh dengan girangnya. Adakah itu kenyataan? Film dan sinetron itu sama. Seperti buku. Sebuah media. Ada yang diangkat dari fakta objektif namun ada yang sekedar fantasi ilmiah belaka. Namun untuk model seperti ini, rasanya perlu berhati-hati. Batas antara fiksi dan non fiksinya menjadi sangat tidak jelas. Tambah amburadul lagi ketika hal itu dikemas dalam bungkus "industri media baru". Berhati-hati!

Selasa, 16 Februari 2010

Goethe Bicara dalam Gutenberg

Tahukah Anda apa yang Goethe bicarakan dalam karya indahnya "Etext of West ostlicher Divan? Keindahan syair itu telah menggerakkan tangan Shaykh Abdalqadir as Sufi untuk mengeluarkan "Fatwa on the Paper Money" dan menyatakan sungguh Goethe adalah seorang muslim. Satu bagian dari coretan Goethe itu, saya kutip buat anda dari Project Gutenberg. Bentar ya, belum bisa masuk ke Project Gutenberg:)

Senin, 15 Februari 2010

Ini Toko YOU bukan Toko Mie!

Walau ada yamien hangat, tempat makan dan nongkrong yang terletak di Jalan Hasannudin dan bersebelahan dengan RS Borromeus Bandung ini bernama Toko You, bukan Toko Mie. Suasananya yang teduh dan artistik ini masih mewarnai cafe yang dimiliki oleh Sony Soeng ini. Keturunan Cina, muslim.

Kata Kerja ato Kata Benda Sih?

Kata temanku, cinta itu kata kerja. Trus aku timpali kerja keras! Aku coba cek deh kamus Bahasa Inggris- bahasa Indonesia karangannya John Echols dan Shadily, love yang artinya cinta itu ternyata kata benda. Siapa sih yang bener? Rasanya yang ngobrol ama gua lagi di Amrik deh. Bukannya disana dia pake bahasa Inggris. Nah gua yang di Indonesia kan pake bahasa Indonesia.

Kalo cinta itu bener adalah kata benda. Benda apa sih yang dimaksud? Cinta pada benda-benda? Itu namanya cinta kebendaan. Bahaya nih! Lalu, apa sebenarnya cinta? Jawab!

RISHA dan Ketakutan akan EARTHQUAKE

15 Februari saya mencoba mencari dimanakah posisi PT Puri Panindo Utama. Dari info 108 dikatakan bahwa perusahaan tersebut berkedudukan di Jalan Buah Batu 144 Bandung. Saya mencoba menyisiri jalan itu di tengah kepadatan dan kesibukan kota Bandung pada hari kerja. Tidak ada. Tidak ketemu. Sudah pindahkah? Tapi kemana?
Pembicaraan tentang PT Puri Panindo Utama memang berkaitan dengan RISHA, Rumah Instan Sederhana Sehat. Konsep rumah yang diadaptasi dari permainan lego, rumah bongkar pasang. Rumah ini pernah populer masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh 2005 silam. Di tengah ketakutan dan kekhawatiran akan bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tsunami, dan mahalnya kredit kepemilikan rumah, agaknya RISHA bisa menjadi solusi. Sesungguhnya banyak respon positif terhadap rumah ini, namun entah mengapa rasanya kok belum terlalu familiar ya? Kurangkah suguhannya?

Ada Apa dengan Patung?

Apa sih pentingnya patung Obama diangkat-angkat ke sekolahan?
Emangnya mau nyembah patung?

Alhamdulillah!

Alhamdulillah. Inilah pertemuan langsung saya dengan Pak Hernowo, editor senior di Mizan. Sang "Pengikat Makna". Saat ini menjadi pemred untuk www.mizan.com. Saya datang di sore hari ke kantor Mizan yang megah di daerah Cinambo Bandung.

"Bapak lagi deadline, nanti saya sampaikan," kata resepsionis yang menerima kehadiran saya sore itu.
Turun dari tangga lantai atas, Pak Hernowo menemui saya di lantai bawah. Tempat menerima tamu. Banyak buku disana. Ditata dengan apik. Suasananya asri. Santai. Tak ada ketegangan. Lega. Usianya semakin tua. Membutuhkan kerja keras untuk mengingat saya.
"Bu Idakah?"
"Bukan, Pak, saya Resmiarni. Murid Bapak angkatan I di Pelatihan Menulis MLC secara korespondensi."
"Pelatihan itu sampai angkatan VI."

Kartu lebaran yang pernah dikirimkan Pak Hernowo tak sengaja masih tersimpan. Atas nama Direksi Mizan, ada ucapan Selamat Hari Raya pada saya. Apakah karena saya menghilang, tak sampai menyelesaikan pelatihan itu sampai tamat, Pak Hernowo mengirimi saya kartu lebaran? Kemanakah saya? Raib!:)

Bercerita dengan Pak Hernowo adalah pembicaraan tentang buku. Dari atas sampai bawah. Diurai. Dipecahkan satu persatu. Ketika tengah online di fb, saya menyapanya, lalu mencari nomer telponnya. Ketemu! Saya menanyakan adakah waktu untuk bertemu? Bagaimana dengan Klinik MLC?
"Ada apa ya?"
"Silaturahmi, Pak!"
"Kan sudah ada fb?", katanya. Gggrrr.

Pak Her, tak cukup dengan fb. Kita punya kebiasaan untuk bertatap muka. Berjabat tangan. Makan-makan. Ngopi-ngopi. Bahkan kalau Idul Fitri kita makan ketupat rame-rame. Idul Adha, kita bakar kambing jadi sate. Nikmat. Terima kasih, Pak atas keramahannya. Juga air putihnya. Nasihat-nasihatnya. Dorongannya agar saya membaca tiap hari. Quantum reading. Juga menulis tiap hari. Quantum writing. Update status. Suatu awal untuk menjadikan menulis sebagai habit.

Pembicaraan dari Aceh sampai Atlanta. Salut!

Jumat, 12 Februari 2010

Bukankah SBY Bersanding dengan Bu Ani, Lalu Siapa dan Dimanakah Boediono?

Pak SBY, apa sih yang disebut hutang negara? Berapa sebenarnya nilai utang negara kita pada negara lain? Benarkah kita masih berhutang, Pak? Sejak kapan sebenarnya kita berhutang, Pak? Berapa pokok pinjamannya? Jika tidak ada lagi, apalagi yang dibebankan kepada rakyat saat ini, Pak? Bukalah mata dan hati Bapak, rasanya tak perlu kita bayar lebih dari pinjaman, Pak! Lain kalo Bapak memang mau ngasi hadiah kepada negara lain, itu gak usah dihitung, Pak. Ikhlaskan saja. Tapi kalo Bapak mau perbaiki standar kehidupan dengan memperbaiki fasilitas-fasilitas publik, hitunglah sebagai investasi. Lihatlah, Pak. Cobalah Bapak berjalan kaki, naik KRL. Buka mata Bapak. Apa yang Bapak lihat. Apa yang Bapak rasakan? Apa yang terasa di hati dan apa yang terlintas di kepala Bapak?

Kamis, 11 Februari 2010

Apa yang Aku Cari?

Ketika enaknya online di ym, seorang teman bertanya, what i look for? Hah?! I look for life. Life is children. Their cry and laugh are life. Long. Lifetime. Everything are what i look for ..

Isi Otaknya!

Para Jurnalis, tolong otaknya diisi! Selama yang dipake uang kertas, yang namanya setan masih akan terus saja gentayangan ... !
(tanggapan PenaPensil terhadap editorial MetroTV 13 Januari 2010)

Bisakah Dihitung?

Afreen, rindunya ummi padamu. Sehatkah dirimu, Nak? Masihkah kau kenakan jilbab setiap akan keluar rumah? Berlompat-lompat girang? "Ummi temani aku sampai depan kelas. Lihat aku dari jendela. Aku mau ngaji ama ummi. Afreen, mana bukunya? Ambil iqranya! Mari kita ngaji sama-sama. Lafalkan dengan jelas. Ummi tau Afreen sangat lantang. Seperti jelasnya Afreen melafalkan huruf R, sejak kecil. Afreen, ummi pangkas rambut di rumahnya Jelita. Ada gaun Kak Caca disana, ditambahkan manik-manik ama neneknya. Manis sekali. Ummi ingat Afreen pernah ingin kenakan baju itu. "Untuk, pesta, Mi?" Seperti yang pernah Afreen tanyakan pada Ummi, inikah baju Ummi menikah?"
Tapi baju itu terbuka bahunya. Ummi selalu khawatir Afreen masuk angin. Kenakan selendang panjang atau jaket agar sedikit menutup, jika Afreen ingin kenakan itu. Afreen, jagain adek Icha ya. Kapan ketemu ummi lagi?"

Ibu, Dimanakah Aurat Itu?

Siang, saya berjalan dari gedung megah Citibank Bandung, Jalan Asia Afrika menuju Toko You yang terletak di Jalan Hasanuddin. Masih di Parijs van Java. Mobil dan motor masih lalu lalang. Aktivitas hari kerja. Tak ada yang istimewa. Hanya sepertinya ada yang meninggal di sekitaran Ariajipang. Banyak karangan bunga berduka cita berjejer disana. Dhuhur tiba. Adzan masih menggema di Masjid Al Kautsar, pinggir Jalan Sumbawa. Areal yang dulu cukup akrab di masa-masa SMA. Wilayah jajahan anak SMA Belitung:)

Sang nenek tua, bajunya terbuka. Bagian depan tubuhnya terlihat sempurna.
Astaghfirullah. Mengais-ngais tempat sampah. "Nek, aku tak membawa sehelai pashmina tebal seperti kemarin kukenakan ketika mengikuti persidangan di Pengadilan Agama. Jaket jins yang saya kenakan hari ini pun rasanya tak pantas menutupi tulusnya tubuh yang kau gelar di jalan raya kota kembang ini. Akukah yang gila? Atau sekedar berpura-pura? Tak sempat kutanyakan padamu, Nek, dimanakah rumah dan keluargamu? Berapa anakmu? Kapankah terakhir kau memakai baju sepertiku? Pernahkah selendang menutupi kepalamu? Berapa panjang jaket yang sempat kau pakai untuk membungkus badanmu agar senantiasa hangat? Kota ini dingin, Nek!"

Namun, siang ini menghanyutkanmu. Jika saja kita kembali ditakdirkan bertemu, maukah kau menemaniku minum secangkir Robusta di Toko Kopi Aroma, Nek? Sore hari hingga menjelang maghrib, tepat di pinggir Jalan Banceuy. Rasakan aroma kenikmatannya, Nek. Katakan padaku, kau pasti akan berujar, "Sampai kapan Tuhan membiarkan kopi ini tumbuh?"

Menjadi "Kreator" Cilik ala Faber Castell

Kreator, apakah itu? Adakah creator yang dimaksud? Dalam sebuah leaflet yang dikeluarkan Faber Castell, saya menemukan kata-kata itu. Mengapa tidak sebut saja Pencipta? Pahamkah kita jika yang dimaksud creator tetap diterjemahkan menjadi kreator?

Selasa, 09 Februari 2010

Arsalan Iftikhar : Network .... Network ...... Network

PenaPensil membuka link dengan Arsalan Iftikhar, seorang pengacara Hak Asasi Manusia Internasional dan Kontributor Majalah Islamica dan mengurus Majalah Kontemporer Internasional yang berkantor pusat di Los Angeles dengan kantor-kantor editorial di London, Amman Cambridge dan Massachusetts.

"Skandal Bank Century"

Bagian dalam Koran Tempo 7 Februari 2010 memuat iklan TEMPO Majalah Berita Mingguan untuk Edisi 8-14 Februari 2010. Salah satu rubrik di dalam majalah berita Mingguan itu "Nasional" memuat judul Sungai Duit di Mana Ujungnya. Ini adalah pembahasan perihal kasus Century yang ternyata juga telah menghabiskan Rp 14 triliun per harinya. Dimana ujung sungai duit?Mungkin di neraka:)
Saya tidak tahu pasti jawabannya. Saya hanya tahu do it. Saya hanya ingin do something. Just doing, enough!

Catatan :
scandal : kb.perbuatan yang memalukan, perkara yang keji.

Senin, 08 Februari 2010

Bung Pren "On the Block"

Bung Pren adalah tokoh kita di PenaPensil, hasil guratan tangan Adepepe Sutrisna, ayah dari Raka Athaya yang saat ini masih beraktivitas di TV One Jakarta. Bung Pren adalah tokoh tentang seorang pengusaha yang memiliki banyak ide cerdas namun seringnya salah kaprah.

Kolom TaSaRo : How to Write a Novel

PenaPensil memberikan ruang bagi Tasaro, novelis yang beken dengan Galaksi Kinanti dan juga "pekerja" di Salamadani Publishing untuk berbagi tentang bagaimana teori membuat sebuah novel. Kerja Keras!

Jawab dulu pertanyaan ini ketika kita hendak menulis NOVEL

1.Siapa tokoh utama kita ?
2.Apa yang paling diinginkannya ?
3.Siapa yang akan menghalangi impiannya ?
4.Alur jatuh bangun macam apa yang membuat tokoh tercerahkan ?
5.Cara penuh perjuangan seperti apa yang dijalani tokoh kita saat memperoleh
kemenangan ?
6.Adegan dramatik seperti apa yang dialami tokoh untuk meraih kemenangan ?
7.Ending seperti apa yang anda pilih ?

Bau Pesing, Toilet Tau!

Bukan hal yang aneh, bau pesing di toilet. Memang begitulah asalnya. Manusia mengeluarkan air seni, keringat, faeces. Semua itu kotoran. Metabolisme tubuh. Alami. Sunnatullah.

Namun, bau pesing yang terus saja berlangsung lama di KA. Dari zaman baheula hingga sekarang, ini luar biasa. Adakah solusi bagaimana bau pesing dapat hilang dari kereta api? Bisakah toiletnya diberi karbol? Biar ilang dikit gitu lo baunya. Gimana yah?

Inikah yang disebut dengan Kesejahteraan?

KA, sarana transportasi darat yang menyenangkan. Sepertinya senangnya kita menyanyikan lagu ini pada masa kecil.

"Naik kereta api tut tut
Siapa hendak turut
Ke Bandung Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo, kawanku lekas naik
keretaku tak berhenti lama"

Sepanjang perjalanan naik KA, Sang Penguasa menyuguhkan coretan-coretan indah ini ; sungai, sawah, pegunungan. Horizon. api. Berjejer. Awan. Tak terkatakan.

Namun, situasi ini juga pasti tak luput dalam pandangan kita. Gubug-gubug reot yang tidak memenuhi standar layak disebut rumah sehat apalagi kuat. Entah sejak kapan rumah itu dibangun dan berapa biaya untuk membangunnya. Bagaimana mereka bisa hidup dalam situasi seperti itu? Hingga tak heran, jika pelemparan batu ke jendela KA yang sedang berjalan oleh sekelompok orang atau oknum dianggap biasa-biasa saja. Inikah ekspresi, huh?

Pertama kali saya naik KA memang di Tanah Jawa. Saya hendak mendaftarkan diri kuliah saat itu.
"Coba saja daftar ke swasta, jaga-jaga kalau kamu tidak diterima di PTN," begitu kata ayah saya.

Saya mencoba UI Depok saat itu. kali pertama ditemani selanjutnya saya pergi sendiri. Masih segar dalam ingatan saya saat naik KA dari Depok - Jakarta, seorang wanita terjatuh. Ia terlalu di pinggir. Darahnya muncrat. Menyeramkan. Bagaimana tidak. KRL terlalu padat. Berdesak-desakan. Belum lagi pemandangan orang-orang yang duduk di atas. Ini masih berlabgsung hingga sekarang. Belum banyak berubah. Sekali waktu saya hendak ke Mampang. Naik KA dari stasiun UI. Tak sengaja melihat tulisan Kanji di gerbong depan KA.
"Hmmm, di Jepangkah kita? Mengapa tulisan Kanji ada disana?"

Saya sampaikan itu pada suami.
"Yah, iyalah, wong kita beli bekas."

Saya memang belum pernah menimati bagaimana bagusnya KA di negeri orang. Tayangan TV dan info-info di media rasanya sudah cukup menggambarkan bagaimana nyamannya naik KA disana. Terang aja membaca buku di dalam KA menjadi kesenangan tersendiri di luar sana. Urusan KA dilakukan dengan benar! Jika saja, pemerintah dapat "melihat" ini, mengurusnya dengan tepat, tentu angka kematian dan kenakalan di KA akan dapat diminimalisir. Kita terus menunggu untuk ini. Semoga saja bukan lagi basa-basi.

Selamat Jalan, Gus!

Tidak sengaja, TVRI menayangkan potongan "omongan" Gus Dur tentang riba dan bunga bank dan saya menontonnya. Gus Dur tampak masih muda saat itu. Entah tahun berapa dokumenter itu dibuat. Tokoh besar NU itu menerangkan perihal kelebihan pinjaman kepada bank.
"Tidak ada masalah," katanya. Benarkah demikian?
Rasanya, saya harus kembali membuka-buka kitab suci untuk cross check soal ini. Saya berharap Dus Dur baik-baik saja. Selamat jalan, Gus!

ASHURA

Yose Rizal! Apa hubunganmu dengan pahlawan Philipina itu? Namakah yang kebetulan sama atau orangtuamu yang sengaja memberikan nama itu agar kau seperkasa Jose Rizal, Philipino itu?

Yose, kita pernah kenal masa kuliah dulu. Namun maafkan aku tak tau banyak dirimu. Jurusan kita berbeda, Se! Facebook kembali mempertemukan kita. Sore Sabtu, aku online disana, mengetikkan cinta dubidubidam di status updatesku. Kau menyapaku, "Sudah membaca buku Ayu Utami terbaru?"

"Ah, tentu belum Yose. Buku yang lamanya saja belum pernah kulahap apalagi yang terbaru. Apa kau mau menghadiahkan buku itu untukku agar segera kubaca dan kuposting untuk PenaPensil?

Yose, kita berjanji hari Minggu, pukul 1 siang di Jalan Jaksa, Jakarta untuk bicara soal PenaPensil. Kupikir nyambunglah karena ternyata kau membuka taman bacaan Ashura di gerbang Unpad Jatinangor, tempat kuliah kita dulu. Aku berangkat pagi dari Bandung menuju gambir.
"Naik bajaj aja ke Jalan Jaksa," katamu. Sekitar jam 12 siang KA tiba digambir. Belum telat. Aku memilih naik ojeg, hanya 15 ribu.
"Kau tau Jakarta?"
"Masih di Indonesia, kan?" jawabku.
"Lo kasih gw alamat, biar gw cari."

Yose, betul katamu, Jalan Jaksa tak terlalu jauh dari Gambir. Namun tak terlalu tepat karena bisalah dihitung berapa bule yang mondar-mandir disana. Countable, you know! Jam 1 kau tak datang, aku masih berharap kau selamat dan baik-baik saja. Menunggumu di Evita Cafe dan Resto, memesan sepiring roti bakar berisi keju. Yah, gw terpaksa jadi bule juga siang itu. Makan roti!

Bukan untuk sekedar berhemat karena ongkos semakin tipis, namun rasanya perutku memang sudah terlalu gendut untuk terlalu banyak menikmati makanan enak.

Jarum terus berjalan. Kau belum datang juga, Se. Apa aku yang tak jelas lagi dengan tampangmu. Soalnya sudah lama sekali, Bung! Untuk mengusir kekesalan dan kekhawatiran, aku pun terpaksa makan bakso, nimbrung dengan anak-anak muda, gadis-gadis ceria yang lagi praktek bahasa Inggris dan wawancara. Seorang bule keren asal Malaysia menjadi sasaran mereka.
"Ih, kok cakep, sih?"
Hhmmm. Orang cakep kok ya ditanya-tanya? Ada-ada saja.

Yose, kesabaranku habis juga. Rasanya Jakarta sudah terlalu panas buatku. Jam 14.30 kau tak muncul juga. Aku mondar-mandir mancari-cari tempat makan yang mungkin enak buat berteduh. Kucoba kontak teman-teman lama kita. Namun tak ada yang jelas info yang kudapat, Se. Hanya mereka-reka termasuk soal Ashura.

Aku mencari Ashura hari ini, tanggal 8 Februari 2010. Naik Damri dari depan Gasibu menuju Jatinangor. Persis seperti zaman kuliah dulu. Masih kunikmati indahnya silhoutte Manglayang. Segar. Unpad terlihat lebih rapi sekarang. Namun, sayang, waktuku tak cukup banyak untuk menyapa dosen-dosen dan menyambangi sekretariat dJatinangor, markas pers Mahasiswa. Walau kuingin. Itu tempat favorit sekaligus rumah menyenangkan masa muda dulu. Semoga nafas itu masih ada disana sampai sekarang. Ashura! Tepat seperti katamu, ada di gerbang Unpad, sisi kanan jika masuk dari Jalan Raya Bandung-Sumedang. Taman bacaan Komik.
"Pak Yose di Jakarta. Ini ada nomer telpon istrinya."

Ok, Yose ... kita belum dipertemukan di Jakarta bahkan di Jatinangor, tempat dimana kau "menanamkan" bisnismu. Hamun, aku akan coba mengontakmu walau lewat istrimu. untuk sekedar bertanya, "Are you fine? How about PenaPensil?"

Jumat, 05 Februari 2010

Membunuh "Mitos" Nyi Roro Kidul

Suatu saat, seorang yang mengaku dari Citibank menelpon saya. Saya saat itu berada di Depok. Memang saya sempat memiliki satu kartu Citibank Cash Back atas nama saya yang saya pakai untuk "modal" usaha.
"Ibu, mau liburan ke Pelabuhan Ratu?"
Siapa yang gak mau. Berlibur di Pantai Selatan yang katanya indah itu.
"Ibu bisa membawa empat anggota keluarga, satu kamar hotel akan disiapkan atas nama Ibu. Konon katanya kamar itu adalah kamar yang dimiliki oleh Nyi Roro Kidul." Aha.

Tapi saya tidak dijelaskan bagaimana saya bisa sampai kesana bersama empat anggota keluarga saya. Duitnya kagak ada! Kok nawarin program yahud nanggung amat yak?

Saya teringat kembali soal Nyi Roro Kidul. Benarkah ia penunggu Pantai Selatan atau wanita cantik yang kerjanya mengganggu para pria muda? Kalau memang benar begitu, saya ingin bertemu dengannya:)

Nyi Roro Kidul disebut sebagai mitos atau legenda. Apakah itu? Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari Indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri. Jadi kesimpulannya, Nyi Roro Kidul hanyalah sebuah cerita !

Masalahnya sekarang, cerita itu mau kita hentikan atau disudahkan saja?

Emas Ya Menjadi UANG

Kalau kertas harus menjadi buku, dimanakah uang? Coba kita buka-buka lagi kitab suci. Itu bukti yang sangat autentik. Apa katanya?

Lihat wikipedia! Suatu benda dapat dijadikan sebagai "uang" jika benda tersebut telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Pertama, benda itu harus diterima secara umum (acceptability). Agar dapat diakui sebagai alat tukar umum suatu benda harus memiliki nilai tinggi atau —setidaknya— dijamin keberadaannya oleh pemerintah yang berkuasa. Bahan yang dijadikan uang juga harus tahan lama (durability), kualitasnya cenderung sama (uniformity), jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta tidak mudah dipalsukan (scarcity). Uang juga harus mudah dibawa, portable, dan mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility), serta memiliki nilai yang cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value).

Dari persyaratan di atas, hanya EMAS yang memenuhi persyaratan untuk menjadi Currency! Ya, CURRENCY!

Kertas harus Menjadi Buku

Masih menonton TV? Apa yang ada disana? Sudah tuntaskan drama Century? Masihkah kerbau dijadikan tokoh di film yang berjudul POLITIK? Saatnya kerbau diajak kembali ke sawah. Dia sudah cukup penat memangku tugas sebagai pembajak sawah. Sawah tempat kita menanam padi, setelah panen menjadi beras lalu itu kita tanak menjadi nasi.

Apa persoalan kita sesungguhnya? Sungguhkah Gedung Nusantara yang demikian megah itu dan terletak di Senayan Jakarta dapat menyelesaikan msalah yang kita sebut hari demi hari kian berat.Ayo, sekarang kita bicara Politik!

Coba periksa daftar Pustaka Anda, temukan buku Miriam Budiarjo disana. Apa yang disebut politik? Secara sederhana, politik adalah segala usaha yang dilakukan orang untuk mendapatkan kekuasaan. Untuk tujuan itulah, partai politik dibuat. Partai politik terus dibuat untuk "melanggengkan" kekuasaan. Apa yang didapat? UANG!

UANG yang diperebutkan, jelas uang KERTAS atau sebut uang FIAT yang belum juga berhenti pencetakannya oleh negara. Padahal jika hanya ingin mendapatkan sekedar uang, masukkan saja uang yang ada ke bisnis-bisnis investasi seperti money changer. Anda akan dapatkan keuntungan dari sana. Daripada dipakai untuk dana kampanye atau memuluskan jalan menuju orang NUMBER ONE, sebab kelak Anda akan "diturunkan":)Lihat saja Pak Harto, Habibie, Gus Dur hingga SBY. Emangnya enak?

Namun, itu juga belum menjawab persoalan jika uang tetap saja dipahami sebagai uang kertas. Kertas, dari zaman dulu sampai sekarang fungsinya adalah bahan untuk membuat buku. Buku itu wajib harus selalu ada selama peradaban mau terus dipertahankan. Sebab buku adalah jendela kita untuk melihat dunia. Jika kertas tidak diletakkan pada fungsinya ini, habislah kita. Bencana tidak akan berhenti sebab kita menolak hakikatnya. Kertas harus menjadi buku bukan menjadi UANG.

Rabu, 03 Februari 2010

The Sculptor (Pematung)

Kuambil segumpal tanah liat
kubentuk dengan kupijat-pijat
Sementara jemariku menekan
Terbentuklah yang kuinginkan

Kudatangi beberapa hari kemudian
Tanah liat sudah membatu
bentuk buatan tanganku masih nampak jelas
...aku tak dapat lagi mengubahnya

Lalu kuambil tanah liat bernyawa
Sebuah hati bocah lembut dan peka
Dari hari ke hari kubentuk dia
Dengan segala kemampuan daya seni

Beberapa tahun kemudian
Si bocah telah menjadi orang
Sifat-sifat bentukanku tetap tercermin
... dan aku tak dapat lagi mengubahnya

Pustaka Tigaraksa Optima Perkasa

quotes "von amor"

99% persoalan manusia adalah komunikasi, sisanya penyakit hati.

Apa yang Enak

Apa enak diboongi?
Apa enak dipermainkan?
Apa enak ditampar dan dicampakkan?
Di atas sesuatu yang disebut kesakralan
Cinta dan kasih sayang
Suatu perjanjian pada Yang Maha Kuasa
ditorehkan dengan tinta melalui pena
"ini bukan dunia kata-kata"

Lebih dari Sekedar Galaksi Kinanti

Mergernya Salamadani dan Grafindo Publishing membuat waktu Tasaro semakin padat. Namun, di sela-sela kesibukan itu, ia masih menyisakan waktu untuk PenaPensil. Lebih segar walau terlihat sudah letih, sore hari saya menyambanginya di markas Salamadani.

Lahir dan besar dari tradisi keluarga Kejawen, di kaki Gunung Kidul. Tanah tandus yang kerap dikunjungi para pemimpin negeri ini. Sebut saja Gus Dur, Mega, hingga Pak Harto, Gunung Kidul menjadi salah satu tempat yang "wajib" untuk dikunjungi.
"Usianya lebih tua dari Jogja"
"Nyi Roro Kidul ada disana"
Aha.

Kejawen, reliji yang tak memiliki kitab suci masih "hidup" di Gunung Kidul yang menurut Tasaro memiliki data angka bunuh diri dengan cara menggantung diri tertinggi di Indonesia. Ironis.
"Sejarah kita memang dibuat oleh Belanda"

Namun "Muhammad" akan bicara bukan tentang sejarah kita. "Muhammad" akan bicara lebih dari sekedar Galaksi Kinanti.
"Sudah dalam tahap pembuatan cover"

Tasaro lagi-lagi memberikannya buat Anda.

Selasa, 02 Februari 2010

Mulai Mengada-Ada

Rasanya situasi sosial politik kita mulai mengada ada. Inikah yang disebut dengan hiperrealitas ala Yasraf Amir Piliang? Atau sebuah permainan simbol dan tanda? Tidak ada yang salah dengan asosiasi. Itu sebuah majas atau dalam Sari Kesusastraan Indonesia. Atau sebut saja personifikasi, eufemisme atau apatah lagi namanya. Mari kita urai satu persatu bagaimana kayanya pustaka berbahasa kita.

Namun apa yang salah ketika seorang SBY dipersepsikan sama dengan Kerbau. Tidak ada yang salah dengan kerbau, itu binatang. Lalu SBY, dia manusia. Mari kita otak-atik gaya kita dalam berbahasa. Berbahasa apakah kita? Lalu dimanakah ruang berpolitiknya? Adakah tempat yang sama? Atau benar-benar berbeda?

Selamat datang DEMOKRASI berbahasa!