site meter

Senin, 08 Februari 2010

Inikah yang disebut dengan Kesejahteraan?

KA, sarana transportasi darat yang menyenangkan. Sepertinya senangnya kita menyanyikan lagu ini pada masa kecil.

"Naik kereta api tut tut
Siapa hendak turut
Ke Bandung Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo, kawanku lekas naik
keretaku tak berhenti lama"

Sepanjang perjalanan naik KA, Sang Penguasa menyuguhkan coretan-coretan indah ini ; sungai, sawah, pegunungan. Horizon. api. Berjejer. Awan. Tak terkatakan.

Namun, situasi ini juga pasti tak luput dalam pandangan kita. Gubug-gubug reot yang tidak memenuhi standar layak disebut rumah sehat apalagi kuat. Entah sejak kapan rumah itu dibangun dan berapa biaya untuk membangunnya. Bagaimana mereka bisa hidup dalam situasi seperti itu? Hingga tak heran, jika pelemparan batu ke jendela KA yang sedang berjalan oleh sekelompok orang atau oknum dianggap biasa-biasa saja. Inikah ekspresi, huh?

Pertama kali saya naik KA memang di Tanah Jawa. Saya hendak mendaftarkan diri kuliah saat itu.
"Coba saja daftar ke swasta, jaga-jaga kalau kamu tidak diterima di PTN," begitu kata ayah saya.

Saya mencoba UI Depok saat itu. kali pertama ditemani selanjutnya saya pergi sendiri. Masih segar dalam ingatan saya saat naik KA dari Depok - Jakarta, seorang wanita terjatuh. Ia terlalu di pinggir. Darahnya muncrat. Menyeramkan. Bagaimana tidak. KRL terlalu padat. Berdesak-desakan. Belum lagi pemandangan orang-orang yang duduk di atas. Ini masih berlabgsung hingga sekarang. Belum banyak berubah. Sekali waktu saya hendak ke Mampang. Naik KA dari stasiun UI. Tak sengaja melihat tulisan Kanji di gerbong depan KA.
"Hmmm, di Jepangkah kita? Mengapa tulisan Kanji ada disana?"

Saya sampaikan itu pada suami.
"Yah, iyalah, wong kita beli bekas."

Saya memang belum pernah menimati bagaimana bagusnya KA di negeri orang. Tayangan TV dan info-info di media rasanya sudah cukup menggambarkan bagaimana nyamannya naik KA disana. Terang aja membaca buku di dalam KA menjadi kesenangan tersendiri di luar sana. Urusan KA dilakukan dengan benar! Jika saja, pemerintah dapat "melihat" ini, mengurusnya dengan tepat, tentu angka kematian dan kenakalan di KA akan dapat diminimalisir. Kita terus menunggu untuk ini. Semoga saja bukan lagi basa-basi.

5 komentar: