site meter

Jumat, 05 Februari 2010

Kertas harus Menjadi Buku

Masih menonton TV? Apa yang ada disana? Sudah tuntaskan drama Century? Masihkah kerbau dijadikan tokoh di film yang berjudul POLITIK? Saatnya kerbau diajak kembali ke sawah. Dia sudah cukup penat memangku tugas sebagai pembajak sawah. Sawah tempat kita menanam padi, setelah panen menjadi beras lalu itu kita tanak menjadi nasi.

Apa persoalan kita sesungguhnya? Sungguhkah Gedung Nusantara yang demikian megah itu dan terletak di Senayan Jakarta dapat menyelesaikan msalah yang kita sebut hari demi hari kian berat.Ayo, sekarang kita bicara Politik!

Coba periksa daftar Pustaka Anda, temukan buku Miriam Budiarjo disana. Apa yang disebut politik? Secara sederhana, politik adalah segala usaha yang dilakukan orang untuk mendapatkan kekuasaan. Untuk tujuan itulah, partai politik dibuat. Partai politik terus dibuat untuk "melanggengkan" kekuasaan. Apa yang didapat? UANG!

UANG yang diperebutkan, jelas uang KERTAS atau sebut uang FIAT yang belum juga berhenti pencetakannya oleh negara. Padahal jika hanya ingin mendapatkan sekedar uang, masukkan saja uang yang ada ke bisnis-bisnis investasi seperti money changer. Anda akan dapatkan keuntungan dari sana. Daripada dipakai untuk dana kampanye atau memuluskan jalan menuju orang NUMBER ONE, sebab kelak Anda akan "diturunkan":)Lihat saja Pak Harto, Habibie, Gus Dur hingga SBY. Emangnya enak?

Namun, itu juga belum menjawab persoalan jika uang tetap saja dipahami sebagai uang kertas. Kertas, dari zaman dulu sampai sekarang fungsinya adalah bahan untuk membuat buku. Buku itu wajib harus selalu ada selama peradaban mau terus dipertahankan. Sebab buku adalah jendela kita untuk melihat dunia. Jika kertas tidak diletakkan pada fungsinya ini, habislah kita. Bencana tidak akan berhenti sebab kita menolak hakikatnya. Kertas harus menjadi buku bukan menjadi UANG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar