site meter

Selasa, 11 Januari 2011

TAKUT

Pengamen memerlukan gitar sebagai alat untuk mengumpulkan logam. Saya mencari pulpen dan kertas untuk sesekali menyenandungkan tembang. Apa yang saya punya? MATA. Tanpa itu, saya tidak bisa apa-apa. 2 Mata yang lelah, saya istirahatkan untuk selanjutnya kembali dan meneruskan bacaan. Tidak usah jauh-jauh dulu pada quantum reading. Satu kata yang masih bisa terbaca oleh mata, itu sudah karunia luar biasa. Sebab selanjutnya impuls2 syaraf akan bergerak menuju titik-titik kesadaran hingga menyampaikan pesannya ke otak. Apa yang terbaca? CINTA?! Dari manakah awalnya? Lagi-lagi mata. Mata itu indah. Keindahannya menjadi cinta. Kekuatan dan ketajamannya menjadi sebuah kekuatan jiwa. Ketakutan saya terhadap mata adalah ketika saya melihat cermin lalu teringat seseorang yang memuji, “Anda masih cantik dan muda.” Saya takut dengan dua mata itu sebab saya teramat menyadari keindahan mata saya tak berarti apa-apa jika laku, adab dan akhlak tak bisa dijaga. “Ya, Allah, pemberi rupa. Baguskanlah akhlakku sebagaimana jua kau sempurnakan wajah dan mata. Saya memang terlalu memelihara rasa takut. Takut gelap dan sendirian. 2 situasi yang sering mengganggu free willy saya. Bukankah saya masih muda dan cantik, lalu apa lagi yang saya takutkan? Saya takut gelap sebab dalam pikiran saya, dalam kegelapan saya lebih gampang untuk disakiti orang. Saya memang penakut tapi bukan takut sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar