site meter

Selasa, 11 Januari 2011

Pengumpul dan Pengrajin

Mengusir kekesalan menunggu, saya menyanyi salah satu tembang milik John Denver, Leaving on a Jet Plane. Entah kenapa lagu itu sudah menjadi favorit saya sejak lama dan selalu menempati tangga teratas pada mysonglib. Ini sedikit liriknya :
So kiss me and smile for me
Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
Coz I’m leaving on a jet plane
Don’t know when I’ll be back again
Oh, babe … I have 2 go.
Bagaimana jika tembang itu masuk di gamelan? Mungkinkah, lagu English masuk dalam gamelan? Entahlah, yang jelas gara2 nyanyi itu, seorang bapak yang tergabung dalam kelompok gamelan yang mangkal di hotel BESAR Jakarta, mengantuk. Entah karena dengar suara saya atau senang juga dengan lagu country yang memang sudah oldiest itu. Walau tidak dilahirkan dari orang tua Jawa, saya suka dengar gamelan. Ketika kemudian, saya menemani seorang sinden menembangkan langgam Jawa, saya ikut “goyang.” Saya ikuti ketukannya, bunyinya masih enak didengar. Apa langgam yang bisa saya lantunkan? Yahhhh, saya cuma tau TOMBO ATI-nya Mas Emha. Berjalanlah saya, mencari sanggar Gamelan. Disana ada wayang… dari sanalah saya baru tau bahwa wayang dibuat oleh seorang pengrajin. Wayang yang telah diukir, dikumpulkan, dan dijual bukan lagi sekedar bunyi dan nyanyi. Seni wayang dan gamelan telah menghidupkan para pengrajin, pengumpul, dan para sinden.
“Jadi, mau nyanyi apa, Mbak?”
“Saya ingin mendengarkan dulu. Setelahnya jika ada kesempatan, saya ingin belajar melantunkan langgamnya.”
“Menyanyi, melepaskan penat. Walau tak ada uang, kita bahagia.”
Yah, hidup lebih dari sekedar uang. Mari kita bermain wayang, belajar mengetuk gamelan, menyenandungkan langgam. Monggo mampir, Mas. Dimana buku primbonnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar