site meter

Sabtu, 29 Agustus 2009

(....)

Sssrt ! Wuss .... ! tersentak ia. Entah mimpi. Malam makin larut. Diliriknya jam di sebelah tempat tidur. Hampir pukul tiga. Tapi ini sudah pagi. Sayup-sayup terdengar ada yang mengaji. Mungkin dari tetangga sebelah rumah. Biasanya itu suara Pak Haji, ustad muda yang baru saja punya anak satu.
Ia masih bergulung dengan selimutnya. Eh, mana suaminya ? Baru saja ia tersadar, suaminya raib. Seharusnya kan dia tidur di sebelahku. Kemana ia ? Hup !! Bergegas ia beranjak dari tempat tidur. Hampir saja ia jatuh karena selimut tebal menghalanginya. Ruang tengah, gelap. Lampu kamar mandi pun tak menyala.
Hhhhh .... huk .... hik ...... Rasanya bukan suara si pussy, kucing milik Pak Haji. Jalannya pun berjingkat. Ah, biar tak terdengar, ia mencari sumber suara. Hahhhh, mengapa pula, kunci kamar di dekat dapur menggantung di sini ? Dengan bergaya sok detektif, ia cabut kuncinya. Diintipnya dari lubang kunci. Lampu di dalamya menyala. Suara tangisan pun jelas terdengar. Dibukanya pintu pelan-pelan. Kopiah hitam, sarung coklat dengan kemeja yang sudah lusuh. Posisinya pun bersujud. Dia masih menangis. Tanpa harus menatap wajahnya, dia yakin itu suaminya. Walau ibarat petir di siang bolong, ia menyaksikan pemandangan itu. Suaminya shalat ! Bukan masalah ini belumlah subuh. Ia tau, saat-saat begini kan waktunya shalat lail. Atau paling tidak shalat isya bagi siapa yang lebih dulu tertidur Tapi, ia shalat, entah shalat apa itu.
Ia tak ingin mengganggu konsentrasi suaminya yang terlihat sangat khusyu’. Ditutupnya kembali pintu kamar. Pelan-pelan ia menuju dapur. Diambilnya air segelas. Duduk ia di ruang tamu. Minum. Air segelas itu terasa sangat banyak. Pikirannya pun menerawang jauh.
Hampir lima tahun ia menikah. Belum juga dikaruniai anak. Kata para dokter dan tabib, tak ada masalah dengan kesuburan mereka. Ia sadar, Tuhan belum mengizinkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar